Di bawah surga, kita tahu bahwa yang baik itu baik dan yang jahat itu jahat karena adanya setan. Dan si cantik dikatakan cantik karena ada yang jelek.
Demikian pula bela diri. Bela diri sebenarnya adalah ilmu yang jahat di dalam ruang lingkup kekerasan. Di mana yang dipikirkannya adalah cara-cara yang kejam, bagaimana lawan secepat mungkin dilumpuhkan.
Namun dengan belajar bela diri kita justru mendapatkan manfaat positif di dalamnya. Bela diri mengajari kekuatan dan kelincahan fisik. Membentuk mental dan kepribadian kita dengan mengajarkan percaya diri, pantang menyerah, pengendalian diri, berani, disiplin, jantan, satria, dan masih banyak sikap mental lainnya.
Ibarat pisau, bela diri tergantung pemakainya. Pisau bisa digunakan untuk kebaikan, bisa pula untuk kejahatan.
Yang menarik, sejarah mencatat bahwa seorang pendeta-lah yang mengembangkan seni bela diri. Bukan seorang jenderal atau seorang satria. Tujuannya pun bukan untuk perang, melainkan untuk keselamatan diri. Mengingat Jalur Sutera saat itu dipenuhi perampok kejam, sedangkan pendeta Budha sering melintasinya untuk tujuan belajar agama.
Demikianlah kata-kata penutup blog ini. Mudah-mudahan posting atau artikel yang sudah saya tulis memberikan manfaat bagi para pembaca. Walaupun blog ini bisa diibaratkan setitik air di dalam lautan ilmu bela diri yang luas. Saya, Khairan Noor, penerbit blog ini mengucapkan terima kasih karena Anda telah membaca tulisan saya. Selamat berlatih.