29 Mei 2011

Taktik Tangan Kosong: Melawan Musuh Bersenjata Pedang Katana



Pedang Katana adalah sejenis pedang tradisional Jepang. Pedang ini digunakan untuk keperluan berperang oleh samurai pada zaman Jepang Kuno. Di Indonesia, pedang ini sering disebut "Pedang Samurai". Suatu salah kaprah, karena samurai bukanlah nama pedang melainkan sebutan untuk prajurit satria yang mengabdi untuk raja-raja zaman feodal Jepang.

Keunikan pedang Katana dari sudut pandang ilmu bela diri ada pada teknik memegangnya. Pedang ini biasanya dipegang dengan dua tangan, walaupun memang ada aliran yang memegangnya dengan satu tangan saja. Hal ini menyebabkan melawan musuh bersenjata pedang ini lebih sulit daripada musuh bersenjata pedang biasa, karena ada dua tangan yang mesti "diuraikan" ketika melucutinya.

Langkah pertama yang harus Anda jalankan adalah merapat ke badan lawan. Anda melakukannya sambil menghindari tebasan/tusukan pedang. Jangan menjauh, karena Anda akan menjadi sasaran empuk.

Langkah kedua, dengan kedua tangan Anda tangkaplah salah satu lengan lawan. Satu tangan Anda memegang di sikunya, satu tangan lagi memegang di gagang pedang. Dengan teknik ini, selanjutnya Anda dengan mudah merampas pedang lawan. Ambil pedang lawan dengan melakukan teknik pelintiran pada tangan lawan sekaligus menjatuhkannya. Untuk contohnya, silakan putar video yang ada di atas artikel ini.

Dua langkah di atas merupakan salah satu teknik standar untuk melawan pedang Katana. Sebenarnya Anda juga bisa menggunakan teknik yang tidak standar. Misalnya setelah Anda menghindari tebasan/tusukan, Anda bisa mengambil posisi di belakang lawan dan melakukan teknik kuncian/cekikan pada lehernya. Ia tidak mungkin menggunakan pedangnya saat Anda berada tepat di belakangnya. Ada dua kemungkinan setelah itu. Ia tewas tercekik atau terpaksa melepaskan pedangnya supaya bisa melepaskan kuncian Anda. Bela diri itu sebenarnya luwes dan tidak sulit.

Demikianlah salah satu teknik standar untuk mengatasi lawan bersenjata pedang Katana. Mudah-mudahan ada gunanya bagi para pecinta bela diri.

05 Mei 2011

Beberapa Cara Menghindari Konflik Fisik

Pecinta Bela Diri juga merupakan Pecinta Perdamaian. Walaupun kita petarung yang terlatih baik, kita bertarung hanya karena terpaksa. Seandainya mungkin, semua pertarungan dihindari dan diselesaikan baik-baik.

Ada 2 alasan mengapa konflik fisik sebaiknya dihindari. Pertama, pertarungan fisik itu menyakiti badan. Setidak-tidaknya membuang napas dan tenaga yang tidak perlu. Kedua, pertarungan itu melanggar hukum.

Berikut adalah beberapa cara menghindari konflik fisik:

1. Mengabaikan
Mungkin Anda pernah mengalami hal ini. Ketika berjalan kaki, beberapa remaja sok jagoan mengejek Anda dan menantang berkelahi. Anda tak perlu melayani provokasi semacam ini. Toh walaupun Anda menang berkelahi, orang-orang takkan menyebut Anda jagoan. Malah Anda bisa dianggap sama bodohnya dengan mereka yang menantang Anda.

2. Masuk ke Dalam Ruangan
Ini metode yang sangat efektif untuk menghindari konflik. Ketika Anda melihat gejala pertarungan, Anda bisa masuk ke dalam ruangan dan mengunci pintu seandainya ada ruangan tersedia. Dinding ruangan akan menghalangi calon lawan untuk menyentuh badan Anda.

3. Membujuk Lawan
Tidak mungkin orang ingin berkelahi jika tidak ada yang membuatnya marah atau kesal. Bila Anda mengetahui hal tersebut, Anda bisa membujuk lawan. Bila itu salah Anda, Anda mestinya berjiwa besar dan meminta maaf. Bila tidak, katakanlah bahwa tindakan Anda tersebut tidak Anda maksudkan untuk membuatnya tersinggung.

4. Bertindak Tegas
Namun bila Anda sudah berbicara baik-baik dan lawan tampaknya masih memaksa untuk bertarung, ambillah tindakan tegas. Katakan," Maaf, saya tak ingin berkelahi" atau "Saya tak ingin membahasnya lagi" maupun kalimat tegas lainnya dan tinggalkanlah lawan. Tindakan tegas semacam ini akan mematahkan 'semangat' berkelahi lawan dan mencegah konflik fisik

5. Melarikan Diri
Bila Anda melihat bahaya, misalnya puluhan orang bersenjata ingin membunuh Anda, lebih baik Anda melarikan diri. Melarikan diri bukanlah tindakan pengecut, sebab hakikat bela diri hanyalah untuk membela diri. Bila sudah ada niat membalas atau menyakiti, itu bukan bela diri lagi namanya.
Selain itu, di mata hukum, bila Anda sudah melarikan diri dan dan tidak punya pilihan lain kecuali bertarung, barulah pembelaan diri Anda diterima di mata hukum. Hukum Indonesia menganjurkan untuk melarikan diri terlebih dahulu.

Demikianlah beberapa cara untuk menghindari konflik fisik. Mudah-mudahan ada gunanya bagi para pecinta bela diri.